"Assalamu'alaikum. Warahmatullahi. Wabarakatuh."
Semangat Pagi!
Hai Hai Sahabat. Salam Jumpa dan Apakabar?
Jika cara anda menuntun seorang tunanetra tidak tepat, maka orang
tunanetra itu tidak akan merasa nyaman dan anda sendiri akan merasa
membawa beban yang berat. Tetapi dengan cara yang tepat, anda berdua
akan membentuk "tim tandem" yang saling menyenangkan. Bagaimanakah
cara menuntun yang baik itu?
1. Kontak Pertama:
Setelah (atau sambil) mengkomunikasikan tawaran anda untuk menuntun,
sentuhkanlah punggung tangan anda ke punggung tangannya. Ini
dimaksudkan agar orang tunanetra dapat mengetahui dengan pasti bagian
lengan anda yang harus dipegangnya sebagai tumpuan tuntunan.
2. Cara Memegang:
Bukan anda yang memegang orang tunanetra yang anda tuntun itu,
melainkan dia yang memegang lengan anda pada bagian di atas sikut,
dengan empat jarinya berada di bagian dalam dan ibu jarinya di bagian
luar lengan anda. Pegangan harus cukup kokoh tetapi seringan mungkin
sehingga tidak terasa mengikat. Di sebelah kiri atau sebelah kanan?
Tergantung kesukaan dan kebiasaan.
3. Posisi Pegangan:
Pada saat berjalan, lengan anda harus tetap lemas. Lengannya juga
lemas, sikutnya bengkok membentuk sudut 90 derajat, berjalan di
samping anda setengah langkah di belakang. Dengan demikian, dia akan
merasakan gerakan jalan anda: cepat/lambat, naik/turun, belok/lurus,
dsb.
4. Jalan Sempit:
Bila berjalan melalui jalan sempit seperti jalan di antara baris-baris
kursi, pintu, pematang, dsb., yang tidak cukup dilalui dua orang yang
berjalan berdampingan, tariklah lengan anda ke arah belakang punggung
anda. Dia akan merespon dengan meluruskan lengannya sehingga akan
berjalan satu langkah di belakang anda. Adalah penting bahwa
lengannya tetap lurus selama berjalan seperti ini agar dia tidak
menyandung kaki anda. Bila jalan sempit itu telah terlampau,
kembalikanlah lengan anda ke posisi normal (di samping), maka dia pun
akan merespon dengan kembali ke posisi semula.
5. Melewati Tangga:
Berhentilah sejenak pada saat anda tiba di awal tangga. Katakan
kepadanya apakah tangga itu naik atau turun. Anda harus selalu berada
satu anak tangga di depan. Berhenti sejenak lagi pada saat anda sudah
tiba di akhir tangga untuk mengkomunikasikan kepadanya bahwa dia akan
melewati anak tangga terakhir.
6. Melangkahi Lubang:
Anda harus selalu mengatakan kepadanya bila akan melangkahi lubang.
Berhenti sejenak sebelum melangkah, dan anda harus melangkah lebih
dulu agar dia dapat memperkirakan seberapa jauh dia harus melangkah.
7. Duduk di Kursi:
Untuk mempersilakannya duduk, rabakanlah tangannya ke sandaran atau
tangan kursi, maka selanjutnya dia dapat mencari sendiri tempat
duduknya. Jangan berusaha memposisikan pantatnya ke tempat duduk itu.
8. Naik Ke Dalam Mobil:
Bila pintu mobil tertutup, rabakanlah tangannya ke handel pintu. Bila
pintu mobil sudah terbuka, rabakanlah tangannya ke tepi atap mobil itu
atau ke tepi dindingnya bila mobil itu terlalu tinggi. Selanjutnya
percayakanlah kepadanya untuk mendapatkan tempat duduknya sendiri.
Catatan:
a. Panduan ini dimaksudkan untuk diterapkan terutama kepada orang
tunanetra yang sudah mendapat pelatihan keterampilan orientasi dan
mobilitas, khususnya latihan teknik pendamping awas. Kepada tunanetra
yang belum berpengalaman, mungkin anda perlu memberi lebih banyak
penjelasan tentang arah perjalanan, maksud pergerakan anda serta
tindakan apa yang anda harapkan darinya. Namun tak lama kemudian anda
akan mendapati bahwa gerakan tubuh anda saja sudah cukup untuk menjadi
media komunikasi yang efektif dan efisien.
b. Panduan ini perlu beberapa penyesuaian bila diterapkan kepada anak
tunanetra yang masih kecil, terutama dalam cara dia memegang anda.
Mungkin akan lebih nyaman baginya bila dia memegang jari-jari anda
sebagai ganti lengan atas anda.
(Didi Tarsidi, Departemen Pendidikan Khusus, Universitas Pendidikan Indonesia)
Wallahu a'lam bish-shawab.
jarang nemu artikel kek gini...
BalasHapusthanks bro
Ukuran Geotextile Woven